Minggu, 06 Mei 2012

Damai Indonesiku


Haloo, mau kemana? mau pulang, Ke mana? ke Indonesia..
Bukankah Kau sudah pulang ke Indonesia…?
Belum aku hanya numpang hidup di Sini!!!,,,

kenapa?! karena aku belum melakukan apa-apa tuk NegriKu Indonesia…
“aku, kami, kita hanya mahluk asing di negri kita sendiri..!!


apa yang harus ku lakukan…? Lakukanlah sesuatu,
Bukankah kau orang Indonesia…???
ya Aku orang Indonesia… apa yang harus ku lakukan?

Ha ha aku tahu Berdamai dengan diriku sendiri..
bukankah itu arti Kemerdekaan yang sesungguhnya..
yap kamu benar,
maka lakukanlah!!!.


Hari ini Indonesia merayakan hari kemerdekaannya ke-66, seperti halnya seremoni-seremoni sebelum den sebelumnya lagi, di awali dengan tayangan upacara langsung memperingati hari kemerdekaan dari Istana Negara yang di pimpin oleh kepala negara. Sampai kepada lomba-lomba yang di selenggarakan para pengurus RT setempat.
Lomba-lomba yang menaikkan semangat adrenalin. Panjat pinang, balap bakiak, makan kerupuk, lari kelereng, vaforit saya balap karung dan masih banyak lagi lomba-lomba yang lain. Bagi pemenag di berikan cindera mata berupa beberapa lembar buku dan alat tulis. Namun tidak menutup kemungkinan ada saja hadiah berupa uang.
Yang paling menarik adalah lomba membacakan teks proklamasi. Kadang saya tidak habis pikir kenapa harus di lombakan. Apa yang dipikirkan panitia 17 Agustus, saya sempat berpikir keras untuk itu. Ada saja argumen yang menyatakan bahwa lomba ini, penting dengannya bisa mengingatkan kita akan arti proklamasi. sambil mendehem saya berkata “masuk akal”. Kemudian saya kembali bertanya, akankah menggema?, namun sang argumen hanya diam, tanpa kata. Kembali saya berdehem : ” seremonial”, ya sudah lah apa boleh buat.
Si budi pun salah satu peserta kandidat terbaik, secara fisik dan dengan lantang ia berubah menjadi Ir Sukarno, di atas podium. Bergemalah suara dari teks sakti itu :
PROKLAMASI
Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan d.l.l., diselenggarakan
dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.
Djakarta, 17 Agustus 1945

Atas nama bangsa Indonesia.
Soekarno/Hatta
Sementara, panggung perlombaan masih terus berjalan. Meninggalkan canda, tawa, gemulai gerak, semangat, persaingan dan tidak jarang pula kebencian. Ada yang membekas, ada yang menguap dan yang tersisa hanya tinggal pemaknaan.
Pemaknaan akan arti kemerdekaan, itu sendiri atau lebih penting melaksanakan hasil pemaknaan tersebut. Pemaknaan untuk 200 juta lebih penduduknya yang sebelumnya hanya 100 juta lebih menurut lagu dangdung sang pendekar bergitar.
Kemudian monolog itu bergema kembali, namun gaungnya bertambah kuat :
Haloo, mau kemana? mau pulang, Ke mana? ke Indonesia..
Bukankah Kau sudah pulang ke Indonesia…?
Belum aku hanya numpang hidup di Sini!!!,,,

kenapa?! karena aku belum melakukan apa-apa tuk NegriKu Indonesia…
“aku, kami, kita hanya mahluk asing di negri kita sendiri..!!

apa yang harus ku lakukan… Lakukanlah sesuatu : Bukankah kau org Indonesia…???
ya Aku orang Indonesia… apa yang harus ku lakukan

Ha ha aku tahu Berdamai dgn diriku sendiri..bukankah itu arti Kemerdekaan yang sesungguhnya..
yap kamu benar,
maka lakukanlah!!!.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar